MARS PMII

Inilah kami wahai Indonesia Satu barisan dan satu cita Pembela bangsa, penegak agama Tangan terkepal dan maju kemuka Habislah sudah masa yang suram Selesai sudah derita yang lama Bangsa yang jaya Islam yang benar Bangun tersentak dari bumiku subur *Reff : Denganmu PMII Pergerakanku Ilmu dan bakti, ku berikan Adil dan makmur kuperjuangkan Untukmu satu tanah airku Untukmu satu keyakinanku Inilah kami wahai Indonesia Satu angkatan dan satu jiwa Putera bangsa bebas meerdeka Tangan terkepal dan maju kemuka Denganmu PMII Pergerakanku Ilmu dan bakti, ku berikan Adil dan makmur kuperjuangkan Untukmu satu tanah airku Untukmu satu keyakinanku

Rabu, 02 Mei 2012

ANALISIS MEDIA

Media hadir di ruang publik bukan tanpa kepentingan. Ada kuasa modal yang bias menyeret-nyeret media menuju fatalisme bisnis dan menafikan fungsinya sebagai pilar penjaga demokrasi. Oleh karenanya dalam memandang sebuah media penting untuk ditelisik ada apa di balik pemberitaan yang terpampang baik di media cetak ataupun elektronik. Analisis media menjadi penting untuk menguji ada kepentingan apa di balik sebuah berita. Ada banyak metode dan analisis media dalam penelitian komunikasi yang khususnya berkaitan dengan media konvensional maupun media pers mahasiswa. Beberapa definisi dalam menganalisis isi media antara lain, sebagai metode pembelajaran dan menganalisa komunikasi secara sistematis, secara objektif, dan bersifat kuantitatif. Adapun beberapa alternatif dalam menganalisa (terutama teks) media, yakni analisis wacana, hermeneotik, semiotika, dan analisis isi. Seorang wartawan ketika menyampaikan suatu isu beraneka ragam dalam menentukan suatu anglenya. Oleh sebab itu pula berita yang disampaikan kepada pembaca bisa jauh berbeda walaupun satu isu dan satu fokus. Memang ulasan atas suatu peristiwa yang disampaikan wartawan atau media massa tidak terlepas dari unsur-unsur yang baku yaitu 5 W + 1 H. akan tetapi, yang banyak di tekankan oleh wartawan biasanya unsur “why” mengapa? dan “how” bagaimana? yang ditelusuri apalagi dalam jurnalistik investigative. Dalam sebuah media, paling tidak dua hal yang terpenting 1) fakta, ini disajikan dalam bentuk berita walaupun dalam pemberitaannya kadang subjektivitasnya tinggi. 2) opini, ini di tampilkan dalam bentuk karikatur, tajuk, surat pembaca, kolom, surat pembaca dan artikel. Kembali ke pokok bahasan, dalam menganalisis media massa ada tiga yang sering di lakukan oleh banyak peneliti alias analis media yaitu: Positivisme-empiris. Menurut mereka, analisis wacana menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa, dan pengertian bersama. Wacana diukur dengan pertimbangan kebenaran atau ketidakbenaran menurut sintaksis dan semantik (titik perhatian didasarkan pada benar tidaknya bahasa secara gramatikal) analisis ini dinamakan “Analisis Isi” (kuantitatif) Konstruktivisme. Bias juga disebut analisis wacana sebagai suatu analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu. Wacana adalah suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari sang subyek yang mengemukakan suatu pertanyaan. Pengungkapan dilakukan dengan menempatkan diri pada posisi sang pembicara dengan penafsiran mengikuti struktur makna dari sang pembicara. Analisis ini biasa disebut “Analisis Framing” (bingkai) Paradigma kritis. mengoreksi pandangan konstruktivitis yang tidak sensitif terhadap proses produkski dan reproduksi makna. Bahasa dipahami sebagai representasi yang berperan membentuk subyek tertentu, tema wacana tertentu, dan strategi di dalamnya. Bahasa selalu terlibat dalam hubungan kekuasaan. Dalam kesempatan ini saya lebih mefokuskan ke analisis framing, Hal yang membedakan analisis framing dengan analisis isi kuantitatif dan analisis paradigma kritis, antara lain: Analisis Framing lebih bersifat kualitatif dibandingkan dengan analisis isi yang umumnya bersifat kuantitatif. Analisis framing menekankan pada pemaknaan teks daripada penjumlahan unit kategori seperti dalam analisis isi. Dasar yang dipakai adalah interpretasi, karena analisis framing merupakan bagian dari metode interpretative yang mengandalkan interpretasi dan penafsiran peneliti. Analisis isi kuantitatif umumnya membedah muatan teks komunikasi yang bersifat nyata, sedangkan analisis framing berpretensi memfokuskan pada pesan yang tersembunyi. Proses pemaknaan suatu pesan tidak hanya bisa hanya menafsirkan apa yang tampak nyata dalam teks, namun harus menganalisis dari makna yang tersembunyi. Pretensi analisis wacana adalah pada muatan, nuansa, dan makna yang laten dalam teks media. Unsur penting dalam analisis framing adalah penafsiran dimana tanda dan elemen yang ada dalam teks ditafsirkan secara mendalam oleh peneliti, sebagai sesuatu yang tidak terdapat dalam analisis isi kuantitatif dan analisis pragmatis. Analisis isi kuantitatif hanya mempertimbangkan ‘apa yang dikatakan’, tetapi tidak dapat menyelidiki ‘bagaimana ia dikatakan’. Dengan demikian, analisis framing tidak hanya bergerak dalam level makro (isi dari suatu teks), namun juga bergerak dalam level mikro dalam penyusunan sustu teks, seperti kata, kalimat, ekspresi, dan retoris. Analisis framing tidak berpretensi melakukan generalisasi. Penekanan analisis framing adalah bentuk interaksi. Berita berfungsi sebagai suatu pernyataaan, pertanyaan, tuduhan, atau ancaman. Bahkan dapat mendiskriminasi atau mempersuasi orang lain. Analisis framing termasuk dalam pendekatan konstruksionis, dimana ada 2 karakteristik penting, yakni proses pemaknaan dan penggambaran tentang suatu realitas (secara aktif), dan kedinamisan dalam proses kegiatan komunikasi. Elemen-elemen struktur wacana antara lain (menurut van Dijk), Tematik (apa yang dikatakan), Skematik (bagaimana pendapat disusun dan dirangkai), Semantik ( makna yang ingin ditekankan), Sintaksis (bagaimana pendapat disampaikan), Stilistik (pilihan kata apa yang dipakai), dan Retoris (bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan). Pada kesimpulannya, menganalisis isi media dan analisis pragmatis dengan analisis framing lebih menekankan pada kedinamisan membuat penelitian dan penggambaran dari suatu teks berita dan pada akhirnya memberikan suatu pemaknaan secara lebih mendalam. Cara Tepat dalam Memulai Analisis Media Massa Periksa fakta yang dibeberkan media, lakukan koreksi bila tidak valid Perhatikan struktur penyajian fakta, lakukan kritik kronologis atau spatiologis atau hubungan sebab akibat. Teliti interpretasi atau konklusi yang ingin diarahkan media, mendukung atau membantah argumentasi yang tersembunyi. Ungkap sisi atau perspektif lain, tawarkan konteks baru untuk menyajikan fakta atau menangkap pemahaman atas fakta