MARS PMII

Inilah kami wahai Indonesia Satu barisan dan satu cita Pembela bangsa, penegak agama Tangan terkepal dan maju kemuka Habislah sudah masa yang suram Selesai sudah derita yang lama Bangsa yang jaya Islam yang benar Bangun tersentak dari bumiku subur *Reff : Denganmu PMII Pergerakanku Ilmu dan bakti, ku berikan Adil dan makmur kuperjuangkan Untukmu satu tanah airku Untukmu satu keyakinanku Inilah kami wahai Indonesia Satu angkatan dan satu jiwa Putera bangsa bebas meerdeka Tangan terkepal dan maju kemuka Denganmu PMII Pergerakanku Ilmu dan bakti, ku berikan Adil dan makmur kuperjuangkan Untukmu satu tanah airku Untukmu satu keyakinanku

Rabu, 02 Maret 2011

ASWAJA KOSMOPOLITAN

oleh : Ahmad Taufikin
ketua 1 PMII Ahmad Dahlan

Sudah tidak asing lagi di telinga kata-kata ahlus sunnah wal jamaah atau yang biasa kita sebut aswaja apalagi bagi mereka yang paling tidak mengikuti wacana-wacana keislaman terutama di era modern seperti sekarang ini yang mana informasi dari manapun di belahan dunia ini sangat mudah di akses melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik. Aswaja sebagai suatu konsep dan sekaligus wacana keislaman seringkali diklaim oleh satu golongan tertentu sehingga pada akhirnya justru akan memperpecah umat Islam itu sendiri Na’udzubillah inilah hal yang sangat urgen yang harus kita perhatikan dan kita luruskan sehingga tidak akan muncul kontradiksi-kontradiksi dalam tubuh umat islam yang selama ini sedang carut marut.
Sebenanya Apa dan Siapa itu ahlus sunnah waljamaah ???
Secara etimologi Aswaja berasal dari tiga kata yaitu:
1. Ahlun yang biasa kita artikan keluarga atau juga berarti Shohib yang artinya orang yang mempunyai.
2. Sunnah yang biasa didefinsikan: Maa udlifa ila An Nabiy Qaulan au fi’lan au taqriron yaitu segala sesuatu yang bersandar dari Nabi Muhammad SAW baik itu berupa perkataan, erbuatan ataupun persetujuan.
3. Jama’ah yang berarti Para sahabat Nabi yang senantiasa mengikuti Beliau.
Jadi bisa kita artikan bahwa aswaja adalah suatu golongan yang senantiasa mengikuti langkah-langkah Nabi Muhammad dan para sahabat Beliau yang setia terhadap Beliau.
Konsep Aswaja lahir dari sebuah hadits Nabi yang sudah sangat masyhur yang menerangkan perpecahan umat islam di akhir zaman yang mana dari bermacam golongan-golongan dari perpecahan umat islam itu hanya satu yang akan masuk Syurga yaitu Ahlus sunnah Wal jamaah(maa ana ‘alaihi wa ashabi). Dari hadits tersebut kemudian para ulama mengidentifikasi ciri-ciri aswaja tersebut yang kemudian terformulasikan dalam konsep Attawasuth,Attawazun, Atta’adul dan Attasamuh.
Sejarah mencatat Dari hadits tersebut pula kemudian muncul klaim-klaim kebenaran (truth claim) dari berbagai pihak yang menginginkan masuk syurga dengan stempel ahlus sunnah waljamaah tersebut. Seringkali terjadi fenomena takfir (pengkafiran) yang dilemparkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang tidak satu haluan dengannya, kejadian seperti ini dapat kita ketahui dari sejarah peristiwa tahkim (arbitras) antara pihak Ali dan Muawiyah dalam perang siffin dimana orang-orang yang tidak setuju dengan adanya tahkim tersebut kemudian membentuk kelompok sendiri yang masyhur dengan kelompok Khawarij yang secara etimologi berasal dari kata kharaja yang berarti keluar maksudnya yaitu orang-orang yang keluar dari barisan Ali dan mengklaim kelompok Ali dan Muawiyah adalah Kafir karena mereka menganggap tahkim tersebut tidak sesuai dengan hukum Allah, Mereka berlandaskan ayat Al qur’an yang berbunyi “Waman lam yahkum bimaa anzalallaahu fa ulaaika humul kaafiruun” bahwa siapa saja yang tidak berhukum dengan hukum Allah maka dia telah kafir. Ayat seperti ini tertulis dalam tiga redaksi yaitu Fa ulaaika humul kaafiruun, Faulaaika humudz dzaalimuun, dan Faulaaika humul munaafiquun. Sehinnga mereka(khawarij) dengan sangat antusias melemparkan stempel kafir kepada golongan-golongan yang tidak sesuai dengannya. Mereka memonopoli kebenaran hanyalah milik mereka sendiri, Mereka seolah-olah bertindak sebagai Tuhan yang maha tahu mana yang benar dan mana yang salah, sehingga dengan sangat enteng dia memberikan stempel kafir kepada orang lain yang tidak sehaluan dengan mereka. Dalam perkembangannya sikap kaum khawarij tersebut turun menurun bagaikan barang warisan yang diwariskan oleh orang tua kepada anaknya. Feomena seperti ini bisa kita lihat dalam golongan islam garis keras(fundamental) yang seringkali mengaku islam paling benar, Islam yang murni yang mengikuti dan meniru islam sebagaimana islam yang jalankan oleh Nabi Muhammad SAW. Sehingga Islam yang dijalankan oleh mereka adalah islam ala arab (arabisasi Islam) dengan dalih pemurnian (purifikasi) Islam yang mana daerah tersebut adalah tempat dimana Islam lahir, adapun jargon yang seringkali mereka kobar-kobarkan adalah anti yahudi, barat adalah kafir, sehingga umat islam yang seolah-olah meniru-niru barat juga dianggap kafir, sehingga harus diperangi. Mereka tidak takut dengan ancaman keras Nabi “man kaffara akhahu al muslim fahuwa kaafirun”, barang siapa yang mengkafirkan saudaranya yang muslim maka hakikatnya dialah yang kafir. Selain itu mereka juga tidak bersedia mengakui proses historisasi dan kulturalisasi yang juga sangat berperan penting dalam penyebaran Islam terutama di Indonesia, sehingga wajah Islam yang sudah bercampur dengan budaya (pribumisasi Islam) mereka tolak. Mereka tidak tahu bahwa manusia adalah makhluk yang berbudaya sehingga ketika Islam turun kepada manusia mau tidak mau Islam harus bercampur dengan budaya manusia, meskipun Islam tidak bisa dipisahkan dengan budaya akan tetapi keduanya dapat dipisahkan sehingga kita bisa membedakan mana yang benar-benar agama dan mana yang merupakan unsure budaya. Mereka menganggap golongan dengan kriteria yang disebut terakhir ini sebagai ahli bid’ah yang mana islam yang diamalkannya sudah melenceng dari Islam yang di jalankan oleh Nabi Muhammad SAW. Sikap ekslusif seperti ini adalah hasil dari interpretasi teks secara kaku yang mana mereka anggap sebagai Islam yang murni, dengan mengedepankan ego mereka bertindak seolah-olah Tuhan yang berhak menentukan mana yang benar dan mana yang salah. Kita tahu bahwa kualitas umat islam dari tahun ke tahun akan mengalami penurunan, Imam Syafi’I sebagai Seorang Ulama klasik yang mana kualitas keilmuannya lebih tinggi dari pada umat islam zaman modern ini dengan sangat tawadlu mengatakan “Ro’yuna shahih wa yahtamil al khatha Wa Ro’yu ghoirina khatha wayahtamilu as shahih” pendapat kami benar akan tetapi mungkin saja mengandung kesalahan dan pendapat selain kami salah akan tetapi mungkin saja mengandung kebenaran. Hal ini mengisyaratkan kepada kita bahwa hasil ijtihad seseorang sangat berpotensi untuk salah. Sangat tidak manusiawi ketika kita mengklaim hukum syariat yang merupakan hasil dari ijtihad seseorang sebagai satu-satunya kebenaran karena dengan demikian secara tidak langsung kita telah menafikan ijtihad ulama lain. Begitu juga yang seringkali terjadi sekarang ini dimana banyak golongan yang mengkampanyekan Islam kaffah, Islam murni, dan jargon-jargon lain yang mereka jadikan sebagai senjata untuk menarik simpatisan dalam dakwahnya. Kalau kita amati hal-hal yang menyebabkan perpecahan atau katakanlah perbedaan pendapat dikalangan umat Islam yang kerapkali dijadikan sebagai senjata dalam mengkafirkan orang lain adalah masalah-masalah yang berkutat pada masalah Ijtihadiyah yang sudah sangat wajar jika terjadi perbedaan antara ijtihad orang yang satu dengan yang lainnya. Jadi sangat tidak manusiawi ketika seseorang menjelek-jelekkan atau menghina apalagi sampai mengkafirkan orang lain hanya dikarenakan perbedaan pendapat yang mana sudah sangat wajar terjadi diantara manusia yang mana jauh dari kesempurnaan. Dengan sangat gamblang Tuhan melarang hal demikian “Yaa ayyuhalladziina aamanu laa yaskhar qaumun min qaumin ‘asaa an yakuuna khoiran minhum” hai orang-orang ynag beriman janganlah satu kaum di antara kamu mengolok-olok kaum yang lain karena boleh jadi kaum yang diolok-olok itu lebih baik dari pada kaum yang mengolok-olok. Islam dikatakan sebagai agama yang Rahmatan lil alamiin yang seharusnya tidak hanya menjadi rahmat bagi umat Islam itu sendiri akan tetapi umat non muslimpun berhak mendapatkan rahmatnya Islam maka ketika orang menjadikan Islam hanya sebagai ajang permusuhan justru akan mencemari kesucian Islam itu sendiri. Kalau sesama umat islam saja masih banyak terjadi perpecahan hanya karena perpedaan pendapat yang terjadi pada masalah furu’iyah bukan pada masalah inti yang jauh lebih esensial bagaimana umat Islam akan bisa bersatu????????
Padahal Sahabat Ali yang dikatakkan oleh Nabi sebagai pintunya Ilmu mengatakan
“Al haqqu bilaa nidzaamin yaghlibuhul baathil binidzaamin” kebenaran yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kebathilan yang terorganisir. Seharusnya kita lebih memikirkan bagaimana Islam bisa maju, kalau kita umat Islam masih terjebak oleh perbedaan yang ujung-ujungnya pasti akan menyulut api permusuhan maka bukan suatu hal yang tidak mungkin kalau Islam akan tersingkir dari peradaban. Jika masalah intern saja umat islam masih disibukkan untuk mengurusi masalah khilafiah dimana masing-masing pihak tetap teguh dengan pendiriannya maka musuh islam yang berasal dari luar akan menggunakan kondisi tersebut sebagai momen yang paling indah untuk melancarkan aksi-aksinya menghancurkan islam. Nabi mengajarkan “Ikhtilafu ummati rohmatun” perbedaan umatKu adalah rahmat maka jangan sampai perbedaan malah justru menyebabkan perpecahan dalam tubuh Islam sendiri. Janganlah kita terkalahkan oleh nafsu kita sendiri untuk mengklaim stempel aswaja sebagai milik satu golongan tertentu. Memang Aswaja adalah para pengikut Nabi akan tetapi semua orang akan mempunyai penafsiran yang berbeda-beda tentang bagaimana cara mengikuti Nabi. Dengan umat agama lain saja kita harus bersikap toleran apalagi masih dengan saudara kita yang sama-sama beragama Islam. Tidak ada paksaan dalam beragama apalagi memaksakan suatu pendapat kepada orang lain yang mana pendapat tersebut adalah hasil dari pemikiran manusia biasa.
Akhirnya Siapa saja yang mengklaim ASWAJA adalah miliknya maka sebenarnya dia ingin menjadi Tuhan yang Maha tahu mana yang benar dan mana yang salah yang mempunyai hek yang mutlak untuk memberikan cap kafir kepada siapa saja yang ia kehendaki.
Wallahu A’lam Bish showab.
wallahul muaffiq ila aqwamith thoriq...
Salam pergerakan!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

disampaikan pada diskusi rutin komisariat PMII Ahmad Dahlan tanggal 04 Maret 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar