MARS PMII

Inilah kami wahai Indonesia Satu barisan dan satu cita Pembela bangsa, penegak agama Tangan terkepal dan maju kemuka Habislah sudah masa yang suram Selesai sudah derita yang lama Bangsa yang jaya Islam yang benar Bangun tersentak dari bumiku subur *Reff : Denganmu PMII Pergerakanku Ilmu dan bakti, ku berikan Adil dan makmur kuperjuangkan Untukmu satu tanah airku Untukmu satu keyakinanku Inilah kami wahai Indonesia Satu angkatan dan satu jiwa Putera bangsa bebas meerdeka Tangan terkepal dan maju kemuka Denganmu PMII Pergerakanku Ilmu dan bakti, ku berikan Adil dan makmur kuperjuangkan Untukmu satu tanah airku Untukmu satu keyakinanku

Senin, 03 Oktober 2011

Sejarah Indonesia

A. Masa Pra Kemerdekaan
Masuknya penjajah asing di Indonesia pada tahun 1596 merupakan awal tertanamnya pengaruh barat di Indonesia. Berdirinya VOC tahun 1602 merupakan awal dari jatuhnya Indonesia ke tangan Belanda secara ekonomis maupun politis. Pada era penjajah ini Negara-Negara kapitalis Barat menanamkan pengaruhnya sekaligus mengendalikan masyarakat Hindia-Belanda sebagai cikal bakal Negara-Bangsa Indonesia. Pada akhir abad ke-19 terjadi perubahan yang berarti pada kehidupan masyarakat Hindia-Belanda sebagai dampak dari adanya perubahan yang mendasar di kalangan Negara-Bangsa Barat di Eropa. Periode ini disebut dengan Era”Nation State”.
a. Era kebangkitan Natin-State
Pada tahun 1890-an seorang pemikir Prancis “Ernest Renan” ia menuangkan konsep Konsep ini memberikan perubahan yang cukup besar yang kemudian memunculkan dari kajiannya di bidang politik ke dalam bukunya yang berjudul What is a Natin? berdirinya Negara-Bangsa di Eropa. Perubahan ini berdampak pada Kepda Negara-Negara jajahan seperti Hindia-Belanda.
Bersamaan dengan munculnya Negara-Bangsa di Eropa pemerintah Kolonial Belanda memberlakukan politik etis di Hindia-Belanda. Salah satu pengaruh dari munculnya perubahan di Eropa yaitu pada kebijakan kebijakan Kolonial Balanda dalam Politik Etis. Kebijakan ini bermula dari usulan dari anggota parlemen Negara Belanda yang bernama C. Th. Van Deveventer. Pada tahun 1899 Vandeventer menulis buku”utang budi” yang mengemukakan, bangsa Belanda berutang kepada Hindia-Belanda oleh keuntungan yang diperoleh selama dasawarsa yang lalu. Atas dasar ini, pidato Ratu Wilhelmina pada tahun 1901 mengumandangkan bemulanya zaman baru dalam politik kolonial lazim disebut Politik Etis.
Dampak paling nyata diberlakukannya Politik Etis adalah terbukanya pendidikan modern ala Barat bagi kaum pribumi. Mulanya kesempatan ini diisi kaumpriyayi, namun dengan adanya kebutuhan birokrasi yang makin meningkat banyak juga anak-anak priyayi rendah dan anak orang biasa yang masuk dalampendidikan tersebut. Akibat dari kondisi yang demikian adalah perubahan struktur sosial masyarakat Hindia-Belanda.
Struktur Hindia-Belanda (khususnya Jawa) yang dulunya hanya dari golongan priyayi kraton dan rakyat jelata, kini bergeser karena ada kelompok profesional baru yaitu para birokrat yang secara sosial mendapat sebutan priyayi. Pada awalnya golongan priyayi keraton menempati posisi yang tinggi di masyarakat. Dengan masuknya kolonial posisi ini jadi tergeser. Untuk mempertahankan posisinya di hadapan masyarakat jawa tidak segan-segan menjadi alat kolonial Belanda. Pertarunga ini terlihat jelas dalam organisasi BO (Budi Utomo) yang berdiri tahun1908. disini terjadi pertarungan yang tajam antara kaum priyayi konservatif yang ingin mempertahankan posisinya dengan golongan priyayi muda yang lebih berorientasi Barat yang lebih modern, liberal dan terbuka. Dengan gagasan yang cemerlang priyayi muda ini mampu menyingkirkannya dalam tubuh BO. Kelompok muda yang dipimpin oleh dr, Sutomo, dr. Gunawan Mangun Kusumo, dr, Rajiman berhasil mengkomunikasikan pemikiran barat mengenai nasionalisme.
Karena pengaruh pemikiran barat yang dibawa kaum muda yang berhasil mengenyam pendidikan modern ala Barat dan didukung oleh perubahan yang terjadi di Eropa tentang Negara-Bangsa, akhirnya semangat Nasionalisme berhasil mempengaruhi wacana Hindia-Belanda. Akibat lebih lanjut dari suasana politik internasional yang demikian, munculah organisasi-organisasi kepemudaan dan kemasyarakatan. Namun karena keterbatasan jangkauan dan interaksi semangat nasionalisme ini hanya bersifat etnis dan lokal seperti Jong Jawa, Jong Sumatra, Jong Celebes, Jong Islament Bond, SI dan sejenisnya.
Menjelang Perang Dunia I, tahun 1917, di Rusia terjadi revolusi Bolshevik. Revolusi yang dimotori oleh Lenin ini berhasil memunculkan idelogi komunisme yang kemudian berkembang dengan berbagai varian di belahan dunia termasuk di Indonesia. Revolusi ini menjadi embrio terbentuknya Negara-negara komunis yang akhirnya bergabung dengan blok fakta warsama. Revolusi ini juga yang menjadi inspirasi bangkitnya gerakan komunis di Indonesia yang melakukan pemberontakan tahun1926.
b. Dampak Perang Dunia I
Ketegangan yang terjadi di Negara-negara Barat memuncak dengan meletusnya perang Dunia I pada tahun 1918. Beberapa Negara Eropa diantaranya Jerman, Prancis, Inggris, Rusia terlibat peperangan. Kejadian seperti ini berpengaruh pada Negara-negara jajahan di Asia. Seperti India, Turki, Jepang, termasuk Hindia Belanda hingga melahirkan gelombang revolusi Asia. Pertempuran tentara Inggris di India Menjadi ilham bagi bangsa Indonesia untuk memeperkokoh semangat nasionalisme dalam suatu jalinan yang utuh yang kemudian bangsa Indonesia mampu mengkonstruksi faham kebangsaannya secara utuh dan terpadu melalui Sumpah Pemuda tahun 1928 yang kemudian melahirkan wacana Negara-Bangsa Indonesia. Dengan kata lain kondisi politik pasca Perang Dunia I telah memberikan sumbangan yang cukup besar bagi bangsa Indonesia mengenai konsep Negara-Bangsa mengenai kesadaran Nasionalisme.
c. Era Konsolidasi Kapitalisme
Setelah PD I banyak Negara-negara kapitalis-imperialis mengalami kebangkrutan akibat biaya perang yang cukup tinggi, dampak dari momentum ini yaitu terjadinya resesi ekonomi (malase) pada awal tahun 1930-an. Untuk mengembalikan kondisi seperti ini Negara-negara tersebut mulai melakukan konsolidasi. Sejak itu Negara imperialis mulai terlihat, yaitu Imperialis-Komunis (sovyet), Imperialis-Kapitalis (AS dan Inggris), Imperialis (Jerman) dan Imperialis-Totaliter (Jepang). Di bidang ekonomi dilakukan restrukturisasi pada sektor moneter maupun sektor riil.
Di bidang sosial, mulai dilakukan proses rekayasa sosial (social enginering) melalui penyusunan beberapa konsep dan teori sosial. Salah satu teori yang sangat terkenal yang hendak diuji cobakan di Negara-negara jajahan adalah teori strukturalis fungsionalis dari sosiolog Amerika Talcott parsons.
Dalam masa konsolidasi ini, mulai terjadi polarisasi Negara-negara imperialis. Negara-negara imperialis-kapitalis dan imperialis komunis bergabung menjadi satu membentuk blok Sekutu/Allies (AS, Inggris, Unisovyet dll), imperialis-totaliter membentuk satu blok yang disebut blok Axis (Jerman, Jepang, Italia dan Spanyol).
Selama ini bangsa Indonesia juga melakukan konsolidasi kebangsaan. Di kalangan bangsa Indonesia, pada saat ini siudah terbentuk suatu imajinasi kolektif mengenai Negara Indonesia yang merdeka, namun mereka belum bisa mencari jalan untuk memproklamirkan kemerdekaan. Gerakan-gerakan organisatoris yang bersifat politis mulai dilakukan oleh para tokoh Indonesia. Soekarno, Hatta, Sjahrir, Tan malaka dan rekan-rekan seperjuangannya mulai membentuk konsep-konsep kebangsaan modern. Naun hegemoni Negara imperialis masih sulit bagi mereka untuk merebut dan menyatakan kemerdekaan.
Sementara konflik antar berbagai Negara Imperialis makin menajam hingga akhirnya mencapai puncak pada peristiwa PD II tahun 1939. sepanjang PD II Indonesia menjadi perebutan dari masing-masing pihak yang sedang bertempur untuk dijadikan pangkalan dalam mempertahankan kepentingan geo-politik dan geo-strategi masing-masing pihak.
Hal ini terlihat pada peperangan AS dengan Jepang dalam memperebutkan pulau sabang sebagai pelabuhan alam yang strategis untuk superioritas dan dominasi wilayah lautan Hindia, serta perebutan sengit untuk menguasai daerah Morotai sebagai pangkalan udara yang strategis untuk mendominasi wilayah lautan Pasifik.
Dalam suasana peperangan di Asia Pasifik inilah, seorang tokoh Indonesia yang bernama Sukarno dan kawan-kawan berhasil memanfaatkan situasi dan “mencuri moment” hingga singkatnya melahirkan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Dengan hal ini Sukarno dan kawan-kawan mampu memanfaatkan moment yaitu dengan bermain mata dengan Jepang yang mengalami kekalahan dari blok sekutu.
Sabagaimana tradisi yang berkembang di kalangan Negara-negara penjajah yang sedang terlibat dalam peperangan, mereka yang kalah harus menyerahkan Negara jajahan yang dikuasainya, seperti Filipina yang harus beralih ke tangan Amerika ketika Negara yang menjajah ”spanyol” dikalahkan oleh Amerika. Demikian juga Indonesia meskinya ia di tangan Amerika dan Inggris, ketika Jepang berhasil merebut Indonesia dari tangan Belanda dikalahkan oleh AS. Namun berkat kelicikan Jepang dan kemahiran Politik Sukarno dan kawan-kawan, akhirnya lahirlah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tahun 1945.
Setelah hal ini terjadi, sebagai upaya untuk menguasai kembali Negara Indonesia yang telah merdeka, tentara sekutu yang dimotori oleh Amerika dan Inggris di bawah pimpinan Jendral Mallaby datang membonceng tentara Balanda ke Indonesia. Kedatangan itu dengan dalih melucuti senjata Jepang yang telah kalah perang. Kedatangan tantara sekutu ini dihadapi oleh tantara Islam dengan mati-matian. Karena tentara tidak merespon kedatangan sekutu secara serius, maka para Ulama NU pada tanggal 21 Oktober 1945 mengeluarkan Resolusi jihad yang berisi seruan perang suci bagi kaum muslimin untuk mengangkat senjata guna mempertahankan NKRI dari serangan sekutu. Seruan ini menggema di seluruh pulau jawa hingga mengorbankan semangat pahlawan seluruh kaum muslimin yang berjuang pada terjadinya 10 November 1945 yang dikenal sebagai hari Pahlawan.

B. Situasi Luar Di Masa Awal Kemerdekaan
Setelah PD II terjadi hubungan yang mendasar antar Negara baik dari segi sosial, politik dan ekonomi, banyak Negara yang menuntut kenerdekaan baik dengan berjuang secsrs fisik maupun diplomatik. Menghadapi hal ini, Negara- Negara kapitalis segera melakukan konsolidasi, mereka menginginkan agar mereka tidak kehilangan pengaruh di Negara-negara jajahan, pada bulan juli 1944 negara-negara kapitalis-imperialis mengadakan pertemuan Bretton Woods untuk merumuskan strategi untukmenghadapi Negara-negara baru dan akan berkembang.
Hasil pertemuan itu diantaranya di bidang ekonomi; pertama mendirikan World Bank, dan IBRD yang beroperasi tahun1946. lembaga ini berfungsi memberi pinjaman kepada Negara-negara yang baru merdeka atau hancur akibat PD II duntuk pembangunan dengan persyaratan model tertentu. Kedua mendirikan IMF yang beroperasi 1947 untuk memberikan pinjaman dalam neraca pembayaran luar negeri dan memasukkan disiplin financial tertentu; ketiga mendirikan GATT beroperasi 1947, berfungsi memajukan dan mengatur perdagangan dunia agar sesuai dengan kepentingan kapitalis.
Di bidang politik Negara-negara kapitalis-imperialis memotori berdirinya PBB tahun 1945. di samping itu disepakati pula deklarastion human Rights, suatu deklarasi yang memberikan perlindungan tentang hak-hak asasi manusia. Di sisi lain blok Negara-negara komunis membentuk pula fakta kerja sama ekonomi di bawah payung yang diberi nama COMECON. Keputusan-keputusan tersebut memberikan pengaruh yang cukup besar bagi berakhirnya penjajahan fisik.
Namun demikian bukan berarti pengaruh Negara-negara imperialis kapitalis maupun imperialis- komunis berakhir di Negara-negara jajahan. Dengan berbagai kekuatan kedua blok tersebut terus menebar pengaruhnya di Negara yang baru merdeka. Lembaga-lembaga yang baru saja terbentuk itu di samping sebagai pengendali Negara-negara terjajah yang baru merdeka juga sebagai alat ”pencuci tangan” dari Negara bekas jajahannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar