ASAL-USUL PEMIKIRAN POLITIK BARAT
DARI YUNANI KLASIK HINGGA AWAL ABAD KE-21
Pengantar
Dalam kerangka pembahasan ini (1) disebut unsur-unsur terpenting yang muncul selama sejarah 2500 tahun terakhir dalam lingkungan budaya Eropa dan secara mendalam menentukan dasar-dasar etika politik "Barat" dewasa ini. (2) Dicoba ditarik sebuah sintesis.
I. GAGASAN-GAGASAN KENEGARAAN EROPA TERPENTING
1. Kesatuan antara etika dan politik
• Desakralisasi kenegaraan.
• Demokrasi Athena: Negara urusan semua warga
• Aristoteles (383-321): Ikut mengurus polis merupakan kelengkapan perealisasian diri
• etis. Ini yang akan menjadi gagasan inti paham kenegaraan dalam rangka paham hukum
• kodrat. Gagasan ini diangkat kembali oleh Hegel, Hannah Arendt dan komunitarisme (Ch. Taylor dll.).
2. Roma: Cita-cita Republik
• Warga negara bertanggungjawab atas kejayaan kota.
• Adalah manis mati bagi negaranya (dulce est mati pro patria).
• Hubungan antara warga ditata secara hukum.
• Cita-cita ini – mengabdikan diri pada negaranya – akan menjadi salah satu unsur penting dalam etika politik Barat, dalam garis Machiavelli – Rousseau – Hegel – komunitarisme.
3. Augustinus (354-430): Komunitas Allah, komunitas bumi
• Pemisahan keras antara kerajaan Allah dan kerajaan-kerajaan dunia.
• Kejayaan kekristenen tidak berkaitan dengan jaya-tidaknya negara orang-orang Kristen.
• Karena manusia harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia, negara tidak boleh ditaati kalau memerintahkan sesuatu yang merupakan dosa. Ini gagasan paling dasar yang masuk ke dalam keyakinan dasar bahwa wewenang negara terbatas oleh moralitas.
• Negara adalah perlu untuk menertibkan manusia yang kacau akibat dosa.
• Implikasi: Manusia yang tidak berdosa tidak memerlukan negara: Gagasan ini akan mendasarkan semua paham anarkisme: Asal keadilan dan kebaikan dikembalikan, negara tidak perlu.
4. Abad Pertengahan: Kaisar dan Paus (962-1437)
• Perbedaan prinsipiil antara wilayah "dunia" dan "Gereja" oleh keduabelah pihak diakui (ajaran tentang dua pedang).
• Yang diperdebatkan apakah kepala dua bidang itu, kaisar dan paus, sama kedudukannya, atau paus lebih tinggi (sehingga kaisar menerima wewenangnya dari paus).
• Perselisihan ini – di mana dalam politik nyata semula yang menang kaisar, kemudian paus (didukung oleh naiknya negara-negara Eropa lain yang tidak mengakui kemahakuasaan kaisar) – membuat seluruh masyarakat Eropa sadar akan perbedaan antara dua bidang ini. Kesadaran ini unsur terpenting yang akan membuka jalan kesekularisasi.
5. Thomas Aquinas (1225-1274)
• Kembali ke paham Aristoteles bahwa negara merupakan kelengkapan kesosialan manusia (sehingga manusia "firdausi" pun akan membentuk negara).
• Eksekutif negara terikat pada hukum kodrat, jadi pada hukum moral. Maka setiapkekuasaan secara prinsipiil terbatas. Keyakinan ini menentang segala positivisme kekuasaan (Hobbes, raison d'état, poisitivisme hukum).
• Menurut ThA (dan para pemikir abad pertengahan lain, seperti Marsilius dari Padua) raja menerima kekuasaan berdasarkan sebuah perjanjian kekuasaan dari rakyatnya, sehingga, apabila ia tidak lagi mengusahakan kepentingan umum, ia kehilangan legitimasi.
6. Machiavelli (1469-1527)
• Kembali ke cita-cita republik.
• Demi penciptaan republik, pemantapan kekuasaan harus menjadi pangeran tujuan pertama pangeran.
• Tujuan itu mengalahkan segala tuntutan/syarat moralitas individual. Pandangan yang masih terbatas pada teknik pemantapan kekuasaan penguasa akan melandasi gagasan raison d'état.
7. Thomas Hobbes (1588-1679) dan negara Leviathan
• Paham bahwa negara adalah hasil sebuah kontrak (perjanjian negara).
• Negara modern sebagai mesin raksasa.
• Paham negara absolut yang tidak dapat dibatasi kedaulatannya berdasarkan pertimbangan moral; namun kedaulatan tak tertanding negara menyangkut Negara hukum. Menurut Hobbes, negara yang absolut semata-mata karena daya ancam penguasa, tanpa hukum, justru akan hancur.
• Positivisme Hukum.
• Rasionalitas negara hukum (dalam pengertian positivistik). Gagasan ini menjadi kunci paham negara hukum republikan Immanuel Kant.
• Argumentasi Hobbes sampai hari ini mendasari pandangan mereka yang mendahulukan law and order terhadap demokrasi.
8. Paham Negara Liberal John Locke (1632-1704)
• Hak-hak asasi manusia (mengangkat kembali teori hukum kodrat).
• Wewenang negara secara hakiki terbatas:
• Negara harus menjamin hak-hak asasi manusia.
• Wewenang negara sejauh diserahkan kepadanya dalam perjanjian asali.
• Paham negara konstitusional (negara berdasarkan sebuah undang-undang dasar).
• Hak untuk berrevolusi apabila pemerintah melanggar konstitusi.
• Hak-hak asasi manusia, pengertian bahwa wewenang negara secara hakiki terbatas dan bahwa keterbatasan itu mendapat bentuk institusional dalam konstitusi menjadi pengertian dasar negara modern.
• Negara tidak berkompetensi di bidang agama dan sebaliknya (toleransi agama).
9. Montesquieu (1689-1755)
• Mengembangkan teori negara konstitusional J. Locke menjadi trias politik: perpisahan antara kekuatan legislatif, eksekutif, yudikatif.
10. Jean-Jacques Rousseau (1712-1778)
• Paham kedaulatan rakyat.
• Paham kehendak umum.
• Paham demokrasi langsung – tanpa badan perwakilan – yang karena itu tidak memerlukan jaminan hak-hak asasi manusia dan konstitusi.
• Moralisasi politik (berlainan pendapat dari "kehendak umum" adalah tanda sikap moral yang tidak memadai), semangat republikan, dan civil religion.
Catatan:
• Rousseau menyediakan legitimasi moral/ideologis klaim demokrasi bahwa dialah satu-satunya bentuk kenegaraan yang sah.
• Rousseau dan Locke merupakan pemikir demokrasi modern. Namun di antara mereka ada ketegangan. Yang pertama menomorsatukan kesamaan, yang kedua kebebasan.
• Paham kehendak umum menjadi paham pertama tentang sebuah subjek adi-individual. Paham itu kemudian dikembangkan menjadi "rakyat" (the people), "bangsa", "kelas sosial"/"proletariat" dlsb. yang seakan-akan mempunyai kehendak sendiri, lepas dari individu-individu yan membentuknya.
• Paham tentang subjek adi-individual menjadi model negara ideologis:
• Politik menjadi masalah benar – salah (moralisasi politik).
• Benarnya politik diukur pada sebuah teori/ideologi: patriotisme, teori sejarah benar (Marxisme), garis partai, kebenaran ilahi, dll.
• Kebenaran ideologis dijamin oleh sebuah "imamat ideologi" (para penjaga ideologi: Kaum "bersih" sekitar Robbespierre, partai komunis, para pendeta/ulama) yang, karena mengklaim memiliki teori benar, melegitimasikan kekuasaan mutlak di tangan mereka.
11. Immanuel Kant
• Negara hukum republikan sebagai negara paling rasional dan paling menjamin perdamaian.
• Paham itu berhasil menyingkirkan moralisasi politik dan menunjukkan bahwa demokrasi yang menghormati hak-hak asasi manusia dan secara pandangan dunia/agama netral menjamin hidup bersama berdamai paling bermutu.
12. Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831)
• Dimensi sejarah dalam perkembangan bentuk kenegaraan. Sejarah menuju kerasionalitas dan kebebasan yang semakin besar.
• Negara sebagai ekspresi Roh Semesta terjamin rasionalitasnya bukan melalui mekanisme demokratis, melainkan karena kepentingan rasionalitas birokrasi dan perwakilan golongan-golongan karya ("negara koporatif"). Dalam kenyataan pengertian ini mendukung negara otoriter.
• Hubungan antar negara ("hukum internasional") dilakukan dalam "keadaan alami" (menurut paham Hobbes), artinya, Hegel menolak hukum internasional. Hanya kepentinganlah yang bicara.
13. Karl Marx (1818-1883)
• Negara itu tanda keterasingan manusia: Manusia sudah menjadi egois dan individualis, maka agar ia tidak berkelahi, perlu negara.
• Secara empiris negara dikuasai oleh kelas-kelas atas ekonomis untuk menjamin kepentingan mereka.
• Negara melegitimasikan kebijakannya (yang menguntungkan kelas-kelas atas) secara ideologis, artinya dengan mengandalkan teori-teori besar yang mengumandangkan sebagai nilai universal apa yang sebenarnya merupakan kepentingan kelas-kelas berkuasa.
• Masyarakat tanpa kelas tidak lagi memerlukan negara.
II. SEKITAR LEGITIMASI KENEGARAAN MODERN
Tinjauan historis di atas menunjukkan beberapa garis pengertian kontemporer Eropa tentang negara dan etikanya yang sebagian bersaing.
1. Negara modern absolut
Di Barat negara hukum mendahului demokrasi. Modernitas politik muncul dengan tekanan pada perlunya kedaulatan negara, khususnya dalam rangka negara kebangsaan (Prancis, Inggris dll.) di mana paham-paham Machiavelli dan Hobbes menghasilkan negara kerajaan absolut. Negara itu semula konfesional karena uniformisme religius dianggap dukungan terpenting kekuasaan negara. Gereja jelas di bawah negara (Hobbes). Dalam abad ke-18 sebaliknya kedaulatan negara dan pengakuan akan pluralitas masyarakat menghasilkan negara yang mempermaklumkan toleransi religius: Prussia, Austria. Pengaruh pemikiran Locke dan Rousseau, serta kemerdekaan Amerika Serikat mulai meruntuhkan dasar-dasar absolutisme negara.
2. Negara hukum demokratis sosial
Keterikatan kekuasaan pada hukum kodrat, paham hak-hak asasi manusia, keyakinan akan kedaulatan rakyat, pengertian the minimal state yang batas kekuasaannya harus dirumuskan dalam sebuah undang-undang dasar, keyakinan akan kedaulatan hukum yang harus etis, 300 tahun tradisi toleransi agama, perlindungan terhadap minoritas, ditambah dampak kritik Marx/sosialisme akan negara kelas, yaitu kesadaran akan tanggungjawab sosial negara merupakan unsur-unsur terpenting dalam paham "demokrasi Barat" kontemporer.
3. Negara ideologis
Negara hukum demokratis sosial berhadapan dengan pelbagai percobaan/kenyataan negara ideologis. Kenegaraan didasarkan pada sebuah ideologi yang keras, yang memisahkan antara warga negara yang "baik" dan yang "tidak baik" dan dikuasai oleh elit ideologis yang memegang kekuasaan atas nama ideologi (ideologi diartikan sebagai teori benar tentang kehidupan bernegara). Contohnya adalah ekstremisme republikan dalam Revolusi Prancis (Robbespierre), fasisme, komunisme, negara agama pascatradisional.
KISI-KISI EPISTEMOLOGI DAN SOSIAL STUDIES
A. THE PHILOSOPHY OF EPISTEMOLOGY
I. Epistemologi Empirisme-Positifisme
Kisi-kisi Materi:
a. Sejarah Filsafat empirisme dan Positifme
b. Tokoh-tokoh Filsafat Empirisme dan Positivisme
c. Konstruksi Epistemologi Empirisme dan Positivisme
d. Wacana kritk Terhadap Epistemologi Empirismedan Positivisme
II. Epitemologi Rasionalisme
Kisi-kisi Materi:
a. Sejarah Filsafat Rasionalisme
b. Tokoh-tokoh Filsafat Rasionalisme
c. Konstruksi Epistemologi Rasionalisme
d. Wacana Kritik Terhadap Epistemologi Rasionalisme
III. Epistemologi Idealisme
Kisi-kisi Materi:
a. Sejarah Filsafat Idealisme
b. Tokoh-tokoh Filsafat Idealisme
c. Konstruksi Epistemologi Idealisme
d. Wacana Kritik Terhadap Epistemologi Idealisme
IV. Epistemologi Pragmatisme
Kisi-kisi Materi:
a. Sejarah Filsafat Pragmatisme
b. Tokoh-tokoh Filsafat Pragmatisme
c. Konstruksi Epistemologi Pragmatisme
d. Wacana Kritik Terhadap Epistemologi Pragmatisme
V. Epistemologi Eksistensialisme
Kisi-kisi Materi:
a. Sejarah Filsafat Eksistensialisme
b. Tokoh-tokoh Filsafat Eksistensialisme
c. Konstruksi Epistemologi Eksistensialisme
d. Wacana Kritik Terhadap Epistemologi eksistensialisme
VI. Epistemologi Phenomonologi
Kisi-kisi Materi:
a. sejarah Filsafat Phenomonologi
b. Tokoh-tokoh filasafat Phenomonologi
c. Konstruksi Epistemologi Phenomonologi
d. Wacana Kritik Terhadap Epistemologi
VII. Epistemologi Matrealisme
Kisi-kisi Materi:
a. Sejarah Filsafat Matrealisme
b. Tokoh-tokoh Filsafat Matrealisme
c. Konstruksi Epistemologi Matrealisme
d. Wacana Kritik Terhadap Epistemologi Matrealisme
VIII. Epistemologi Strukturalisme Bahasa
Kisi-kisi Materi:
a. Sejarah Filsafat Strukturalisme Bahasa
b. Tokoh-tokoh Filsafat Strukturalisme Bahasa
c. Konstruksi Epistemologi Strukturslisme Bahasa
d. Wacana Kritik Terhadap Epistemologi Strukturalisme Bahasa
IX. Memperkenalkan Metode Analisis Etnometodelogi Harold C. Granfinkle
Kisi-kisi Materi:
a. Biografi Harold C. Grafinkle
b. Latar Belakang Intelektual dan karya-karya Harold C. Granfinkle
c. Metode Analisis Etnometodologi Harold C. Granfinkle
d. Kritik Terhadap Analisis Etnometodologi Harold C. Granfinkle
X. Epistemologi Post-Modernisme J. Francois Lyotard
Kisi-kisi Materi:
a. Biografi J. Francois Lyotard
b. Latar Belakang Intelektual dan Karya-karya J. Francois Lyotard
c. Epistemologi Post-Modernisme J. Francois Lyotard
d. Kritik Atas Epistemologi Post- Modernisme J. Francois Lyotard
XI. Epistemologi Semiotika Roland Barthes
Kisi – kisi Materi:
a. Biografi Roland Barthes
b. Latar Belakang Intelektual dan Karya-karya Roland Barthes
c. Epistemologi Semiotika Roland Barthes
d. Kritik Atas Epistemologi Semiotika Roland Barthes
XII. Kritik Ideologi Altusser
Kisi-kisi Materi:
a. Biografi Altusser
b. Latar Belakang Intelektual dan Karya-karya Altusser
c. Metode Kritik Ideologi Altusser
d. Kritik Atas Kritik Ideologi Altusser
XIII. Teori Dekonsttruksi Jaques Derrida
Kisi-kisi Materi:
a. Biografi Jaques Derrida
b. Latar Belakang Intelektual dan Karya-karya Jaques Derrida
c. Teori Dekonstruksi Jaques Derrida
d. Kritik atas Teori Dekonstruksi Jaques Derrida
XIV. Arkeologi dan Geneologi Michel Foucault
Kisi-kisi Materi:
a. Biografi Michel Foucault
b. Latar Belakang Intelektual dan KArya-karya Michel Foucault
c. Arkeologi-Geneologi Michel Foucault
d. Kritik Atas Geneologi-Arkeologi Michel Foucault
XV. Sosiologi Pengetahuan Jurgen Habermas
Kisi-kisi Materi:
a. Biografi Jurgen Habermas
b. Latar Belakang Intelektual dan Karya-karya Jurgen Habermas
c. Sosiologi Pengetahuan Jurgen Habermas
d. Kritik Atas Sosiologi Pengetahuan Jurgen Pengetahuan
B. EPISTEMOLOGI ISLAM
I. Epistemologi Burhani
Kisi-kisi Materi:
a. Sejarah Epistemologi Burhani
b. Tokoh-tokoh Epistemologi Burhani
c. Kostruksi Epistemologi Burhani
d. Wacana Kritik Terhadap Epistemologi Burhani
II. Epistemologi Bayani
Kisi-kisi Materi:
a. Sejarah Epistemologi Bayani
b. Tokoh-tokoh Epistemologi Bayani
c. Konstruksi epistemologi Bayani
d. Wacana Kritkik Terhadap Epistemologi Bayani
III. Epistemologi Irfani
Kisi-kisi Materi:
a. Sejarah Epistemologi Irfani
b. Tokoh-tokoh Epistemologi Irfani
c. Konstruksi Epistemologi Irfani
d. Wacana Kritik Terhadap Epistemologi Irfani
IV. Epistemologi Islam Tradisionalis
Kisi-kisi Materi:
a. Sejarah Epistemologi Tradisionalis
b. Tokoh-tokoh Epistemologi Tradisionalis
c. Konstruksi Epistemologi Tradisionalis
d. Wacana Kritik Terhadap Epistemologi Tradisionalis
V. Epistemologi Konservatif
Kisi-kisi Materi:
a. Sejarah Epistemologi Konservatif
b. Tokoh-tokoh Epistemologi Konservatif
c. Konstruksi Epistemologi konservatif
d. Wacana Kritik Terhadap Epistemologi Konservatif
VI. Epistemologi Islam Fundamentalisme
Kisi-kisi Materi:
a. Sejarah Epistemologi Fundamentalis
b. Tokoh-tokoh Epistemologi Fundamentalis
c. Konstruksi Epistemologi Fundamentalis
d. Wacana Kritik Terhadap Epistemologi Fundamentalis
VII. Epistemologi Islam Orientalisme
Kisi-kisi Materi:
a. Sejarah Epistemologi Orientalisme
b. Tokoh-tokoh Epistemologi Orientalisme
c. Konstruksi Epistemologi Orientalisme
d. Wacana Kritik Terhadap Epistemologi Orientalisme
VIII. Kritk Nalar Islam Muhammad Arkoun
Kisi-kisi Materi:
a. Biografi Muhammad Arkoun
b. Latar Belakang Intelektual dan Karya-karya Muhammad Arkoun
c. Metode Nalar Kritik Islam Muhammad Arkoun
d. Kritik Atas Metode Kritik Nalar Islam Muhammad Arkoun
IX. Hermeneutika al-Qur’an Hasan Hanafi
Kisi-kisi Materi:
a. Biografi Hasan Hanafi
b. Latar Belakang Intelektual dan Karya-karya Hasan Hanafi
c. Metode Tafsir al-Qur’an Hasan Hanafi
d. Kritik Atas Tafsir al-Qur’an Hasan Hanafi
X. Gagasan Penyelarasan Epistemologi Islam Abu Abid al-Jabiri
Kisi-kisi Materi:
a. Biografi Abu Abid al-Jabiri
b. Latar Belakang Intelektual dan Karya-karya Abu Abid al-Jabiri
c. Konstruksi Penyelerasan Epistemologi Islam abu Abid al-Jabiri
d. Kritik Atas Penyelarasan Epistemologi Islam Abu Abid al-Jabiri
XI. Memperkenalkan Teori Teks Nasher Hamid Abu Zayd
Kisi-kisi Materi:
a. Biografi Hamid Nasher Abu Zayd
b. Latar Belakang Intelektual dan Karya-karya Nasher Hamid Abu Zayd
c. Konstruksi Teori Teks Nasher Hamid Abu Zayd
d. Kritik Atas Teori Teks Nasher Hamid Abu Zayd
XII. Teori Dekonstruksi Syari’ah Abdullah Ahmed Anna’im
Kisi-kisi Materi:
a. Biografi Abdullah Anna’im
b. Latar Belakang Intelektual dan Karya-karya Abdullah Anna’im
c. Konstruksi Teori Dekonstruksi Syari’ah Abdullah Ahmed Anna’im
d. Kritik Atas Teori Dekonstruksi Syari’ah Abdullah Ahmed Anna’im
XIII. Semantika AL-Qur’an Toshihiko Izutszu
Kisi-kisi Materi:
a. Biogarfi Toshihiko Izutszu
b. Latar Belakang Intelektual dan Karya-karya Toshihiko Izutszu
c. Konstruksi Teori Semantika al-Qur’an Toshihiko Izutszu
d. Kritik Atas Teori Semantika al-Qur’an Toshihiko Izutszu
C. FILSAFAT SOSIAL
I. Sejarah Kelahiran Kapitalisme Klasik
Kisi-kisi:
a. Latar Belakang Ekonomi Politik Kelahiran Kapitalisme
b. Kapitalisme dan Etika Protestan
c. Tokoh-tokoh Kapitalisme dan Konstruksi Pemikirannya
II. Kapitalisme dan Perubahan Dunia
Kisi-kisi:
a. Asumsi-asumsi Dasar Kapitalisme
b. Pertautan Kapitalisme Dan Kolonialisme Negara-Negara Kapitalis Internasional
c. Kesinambungan Kapitalisme Dengan Modernitas
III. Kapitalisme Lanjut (Internasional)
Kisi-Kisi:
a. Pembaharuan Dalam Konstruksi Kapitalisme
b. Kapitalisme Dan Masyarakat Post-Industri
c. Peran Informasi Dalam Masyarakat Pasca-Industri
d. Pertautan Globalisasi Dan Kapitalisme Internasional
IV. Negara-Negara Kapitalisme Internasional
Kisi-Kisi:
a. Sejarah Munculnya Negara-Negara Kapitalis Internasional
b. Implementasi Kapitalisme Dalam Negara-Negara Kapitalisme Internasional
c. Krirtik Atas Model Penerapan Paradigma Kapitalisme Dalam Negara-Negara Kapitalisme Internasional
V. Kapitalisme Dan Negara-Negara Ketiga
Kisi-Kisi:
a. Identifikasi Negara-Negara Dunia Ketiga
b. Kapitalisme Negara-Negara Dunia Ketiga
c. Implikasi Paradigma Kapitalisme Terhadap Negara-Negara Dunia Ketiga
VI. Lembaga-Lembaga Pendukung Kapitalisme
Kisi-Kisi:
a. Sejarah Munculnya Lembaga-Lembaga Pendukung Kapitaslisme
b. Lembaga-Lembaga Pendukung Kapitalisme Dan Fungsi Masing-MAsing
c. Kedudukan Lembaga-Lembaga Pendukung Kapitalisme Dengan Negara-Negara Kapitalisme Internasional Dan Dunia Ketiga
VII. Kritik Ideologi Atas Kapitalisme
Kisi-Kisi:
a. Kapitalisme Dan Blok-Blok Ekonomi
b. Kapitalisme Kesenjangan Ekonomi
c. Kapitalisme Dan Kesenjangan Politik Internasional
d. Kapitalisme Dan Kesenjangan Sosial Antar Negara
e. Kapitalisme Dan Kesenjangan Budaya Antar Bangsa
f. Kapitalisme Dan Kesenjangan Pengetahuan Dan Tekhnologi
g. Kapitalisme Dan Ekspresi Negara-Negara Berkembang
VIII. Kapitalisme Dan Indonesia (Kasus Era Rezim Orde Lama)
Kisi-Kisi:
a. Sejarah Perkembangan Kapitalisme Dalam Era OrLa
b. Tokoh-Tokoh Kapitalisme OrLa
c. Paradigma Kapitalisme Dalam Orla
d. Kritik Atas Paradigma Kapitalisme Dalam OrLa
IX. Kapitalisme Dan Indonesia (Kasus Era Orde Baru)
Kisi-Kisi:
a. Sejarah Perkembangan Kapitalisme Dalam Era OrBa
b. Tokoh-Tokoh Kapitalisme OrBa
c. Paradigma Kapitalisme Dalam OrBa
d. Kritik Atas Paradigma Kapitalisme Dalam OrBa
X. Kapitailsme Dan Indonesia (Kasus Era Transisi)
Kisi-kisi:
a. Sejarah Perkembangan Kapitalisme Dalam Era Transisi
b. Tokoh-Tokoh Kapitalisme Era Transisi
c. Paradigma Kapitalisme Dalam Era Transisi
d. Kritik Atas Paradigma Kapitalisme Dalam Era Transisi
XI. Sosialisme Dan Sejarah Kelahirannya
Kisi-Kisi:
a. Latar Belakang Ekonomi Dan Politik Kelahiran Sosialisme
b. Sosialisme Utopia
c. Teori Dealektika Hegel Dan Lahirnya Sosialisme
XII. Sosialisme/Marxisme
Kisi-Kisi:
a. Matrealisme Dealektika
b. Materalisme Historis
c. Pertentangan Kelas Dan Nilai Lebih
XIII. Marxisme Leninisme
Kisi-Kisi:
a. Revolusi Dalam Prespektif Marxisme Leninisme
b. Marxisme-Leninisme Dan Pengaruhnya Dalam Dunia Ketiga
c. Corak Marxisme-Leninisme Di Berbagai Negara
XIV. Sosialisme-Revisionisme
Kisi-Kisi Materi;
a. Pergeseran Sosialisme Pasca Berakhirnya Perang Dingin
b. Bentuk-Bentuk Sosialisme-Revisionisme
c. Sosialisme-Revisioniosme Di Negara-Negara Internasional
XV. Sosialisme Dan Indonesia (Kasus era Orde Lama)
Kisi-Kisi:
a. Sejarah Perkembangan Sosialisme Dalam OrLa
b. Tokoh-Tokoh Sosialisme Dalam OrLa
c. Paradigma Sosialisme Dalam OrLa
d. Kritik Paradigma Sosialisme Dalam Orla
XVI. Sosialisme Dan Indonesia (Kasus Era Orde Baru)
Kisi-Kisi:
a. Sejarah Perkembangan Sosialisme Dalam OrBa
b. Tokoh-Tokoh Sosialisme Dalam OrBa
c. Paradigma Sosialisme Dalam OrBa
d. Kritik Paradigma Sosialisme Dalam OrBa
XVII. Sosialisme Dan Indonesia (Kasus Era Transisi)
Kisi-Kisi:
a. Sejarah Dan Perkembangan Sosialisme Dalam Era Transisi
b. Tokoh-Tokoh Sosialisme Dalam Era transisi
c. Paradigma Sosialisme Dalam Era Transisi
d. Kritik Paradigma Sosialisme Dalam Era Transisi
XVIII. Kritik Atas Ideologi Sosialisme
Kisi-Kisi:
a. Hubungan Sosialisme Dengan Komunisme
b. Dampak Sosialisme Dan Komunisme Terhadap Agama
c. Sosialisme Dan Prespektif Terhadap Demokrasi
d. Runtuhnya Sosialisme-Komunisme
XIX. Islamisme Klasik Dan Sejarahnya
Kisi-Kisi:
a. Sejarah Munculnya Islamisme
b. Tokoh Dan Model Gerakan Islamisme Klasik
c. Prinsip-Prinsip Islamisme Klasik
XX. Islamisme Modern
Kisi-Kisi:
a. Sejarah Munculnya Islamisme Modern
b. Tokoh Dan Model Gerakan Islamisme Modern
c. Prinsip-Prinsip Islamisme Modern
XXI. Islamisme Dan Indonesia (Kasus Era Rezim Orde Lama)
Kisi-Kisi:
a. Sejarah Perkembangan Islamisme Dalam Era OrLa
b. Tokoh-Tokoh Islamisme Era OrLa
c. Paradigma Islamisme Dalam Era OrLa
d. Kritik Paradigma Islamisme Dalam Era OrLa
XXII. Islamisme Dan Indonesia (Kasus Era Rezim Orde Baru)
Kisi-Kisi:
a. Sejarah Perkembangan Islamisme Dalam Era OrBa
b. Tokoh-Tokoh Islamisme Dalam Era OrBa
c. Paradigma Islamisme Dalam Era OrBa
d. Kritik Paradigma Islamisme Dalam Era OrBa
XXIII. Islamisme Dan Indonesia (Kasus Era Rezim Transisi)
Kisi-Kisi:
a. Sejarah Perkembangan Islamisme Dalam Era Transisi
b. Tokoh-Tokoh Islamisme Dalam Era Transisi
c. Paradigma Islamisme Dalam Era Transisi
d. Krirtik Pardigma Islamisme Dalam Era Transisi
XXIV. Kritik Paradigma Islamisme
Kisi-Kisi;
a. Paradigma Islamisme
b. Kritik Atas Ambivalensi Antara Agama Dan Politik
c. Kritik Atas Keterbelahan Kesadaran Dalam Islamisme
d. Kritik Atas Gagasan Berdemokrasi, Bernegara Yang Utopia
D. ILMU-ILMU SOSIAL
No Topik
01 Memasuki Alam Pikir Ilmu-Ilmu Sosial
a. Sketsa historis munculnya teori sosiologi
b. Kawasan perkembangan sosiologi (Perancis, Jerman, Inggris, Italia)
c. Obyek kajian sosiologi (nalar antologis)
d. Cara berpikir teori sosial (logika dan metodologi)
e. Sistem, diferensiasi, stratifikasi, mobilitas, perubahan sosial dan beberapa kawasan kajian sosiologi
02 Tiga Paradigma dalam sosiologi
a. Fakta Sosial
b. Perilaku Sosial
c. Definisi Sosial
03 Pemikiran sosiologi Klasik
a. August Comte
1 Perspektif positivistik dalam sosiologi
2 Teori kemajuan Vs teori siklus perubahan
b. George Simmel
1 Munculnya masyarakat melalui interaksi timbal balik
2 Superordinasi dan subordinasi
3 Konflik dan kekompakan
4 Kreatifitas individu dan bentuk budaya mapan
c. Emile Durkheim : Teori Konsensus
1 Kenyataan fakta sosial dan Totemisme
2 Solidaritas dan tipe struktur sosial
3 Konflik: ancaman terhadap solidaritas
d. Max Weber : Teori Tindakan
1 Tindakan individu dan arti subyektif
2 Tipe-tipe tindakan sosial
3 Kritik: orientasi agama, pola motivasi dan rasionalisasi
e. Karl Marx : Teori Konflik
1 Rasionalisme historis Marx
2 Base-structure dan super-structure
3 Kegiatan dan alienasi
4 Kelas sosial, kesadaran kelas, dan perubahan sosial
04 Pemikiran sosiologi modern
a. Teori Fungsionalisme
1 Talcott Parson: teori sistem umum
2 Robert K. Merton : Fungsionalisme dan Struktur sebagai teori
b. Teori Konflik
1 Ralph Darrendorf: Usul tentang penjelasan sosial
2 Lewis Coser: mempertahankan struktur melalui konflik
3 Randall Collins: pengalaman sosial, cara pandang thd tingkah laku sosial, konflik, perubahan
c. Teori Interaksionisme Simbolik
1 Herbert Blumer: manusia dan makna
2 Erving Goffman: dramaturgi dan susunan interaksi
d. Teori Pertukaran Sosial
1 George Caspar Homans: dasar tingkah laku sosial
2 Peter Blau: pertukaran struktur sosial
e. Phenomenologi
1 Edmund Husserl
2 Alferd Schutz
3 Peter L. Berger
f. Etnometodologi Harold Garfinkel
g. Strukturalisme
h. Posmodernisme
i. Poskolonialisme
Tidak ada komentar:
Posting Komentar